3 Macam Ilmu Tasawuf & 8 Sumber-Sumber Ilmu Tasawuf

Macam-Macam Ilmu Tasawuf

1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral) atau taswuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Ajaran tasawuf akhlaki membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan,tasawuf bentuk ini berkonsentrasi pada upaya-upaya menghindarkan diri dari akhlak yang tercela (Mazmumah) sekaligus mewujudkan akhlak yang terpuji (Mahmudah) didalam diri para sufi.

Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan. Sebagaimana digambarkan dalam QS. As-Syams : 7-8 sebagai berikut :
3 Pembagian Ilmu Tasawuf
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
a. Takhalli
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.

b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) seperti sholat, puasa, haji, maupun internal (dalam) seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Allah.

c. Tajalli
Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa yang telah membiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur, maka rasa keTuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain: Hasan al-Basri (21-110 H), al-Muhasibi (165-243 H), al-Qusyairi (376-465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470-561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali (450-505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.

2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali adalah tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah, tujuannya agar diperoleh penghayatan spiritual dalam setiap melakukan ibadah. Keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, yaitu dengan melakukan macam-macam amalan yang terbaik serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Tasawuf Amali berkonotasi dengan tarekat. Tokoh tasawuf ini antara lain, Rabiah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al Misri.
Pengalaman tasawuf amali dibagi kedalam empat bidang sebagai berikut:
a. Syari’at
Syari’at adalah hukum-hukum formal yang dijadikan sandaran amalan lahir yang ditetapkan dalam ajaran agama melalui Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga seorang pengamal sufi tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan secara sempurna amalan lahiriahnya.
b. Thariqot
Kalangan sufi mengartikan thariqat sebagai seperangkat serial moral yang menjadi pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan metode pengarahan jiwa dan moral.
c. Hakikat
Dalam dunia sufi hakikat diartikan sebagai aspek batin yang paling dalam dari setiap amal atau inti dan rahasia dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan menuju Allah.
d. Ma’rifat
berarti pengetahuan atau pengalaman. Dalam istilah tasawuf,diartikan sebagai pengenalan langsung tentang Tuhan yang diperoleh melalui hati sanubari sebagai hikmah langsung dari ilmu hakikat.

3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi yaitu tasawuf yang menekankan pada masalah-masalah pemikiran mendalam/metafisik. Dalam upaya mengungkapkan penglaman rohaninya, para para sufi falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-samar yang dikenal dengan syathahat yaitu suatu ungkapan yang sulit di pahami, yang sering mengakibatkan kesalahpahaman. Tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid Al Bustami, Al (allaj, )bnu Arabi, Suhrawardi.
Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu; hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak.

a. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj Kata hulul berimplikasi kepada bahwa Tuhan akan menempati dan memilih tubuh manusia untuk ditempati, bila manusia dapat menghilangkan sifat nasut( kemanusiaannya) dengan cara fana (menghilangkan sifat-sifat tercela melalui meniadakan alam duniawi menuju kesadaran keTuhanan).

b. Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud adalah paham yang mengatakan bahwa manusia dapat bersatu padu dengan Tuhan, akan tetapi Tuhan disini bukanlah tapi yang dimaksud tuahn bersatu padu disini bukanalh Dzat yang Tuhan yang sesungguhnya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses fana’.

c. Ittihad
Pembawa faham ittihad adalah Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya manusia adalah pancaran Nur Ilahi,oleh karena itu manusia hilang kesadaranya [sebagai manusia] maka padadasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahiatau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan.


Sumber-sumber Ilmu Tasawwuf

Sebagaimana layaknya ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlaq, ilmu kalam, ulumul AlQur’an, ulumul hadis dan ilmu-ilmu lain dalam Islam yang penamaannya baru muncul setelah Rasul wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf, eksistensi namanya baru dikenal jauh setelah Rasul wafat. Namun esensi ilmu tasawuf sesungguhnya bersumber dari Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad sufi dan qiyas sufi.

1. Allah
Allah merupakan Zat sumber ilmu tasawuf, tidak ada seorangpun yang mampu menciptakan ilmu tasawuf dari selain Zat Allah. Namun Allah mengajarkan secercah ilmu-Nya kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik langsung maupun dengan perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki.
Ada kalanya lewat Al-Qur'an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak, menganalisa isi kandungan Al-Qur'an), ada pula melalui alam dengan cara perenungan sufi dan lain sebagainya yang pada intinya merupakan hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerahkan dalam nuansa pemikiran dan keyaqinan terunjam di hati untuk dimanifestasikan dalam realita kehidupan nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah.

2. Rasulullah SAW
Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi dalam mendalami dan pengambangkan ilmunya, karena hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyu-Nya, tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu tentang sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat dalam Al-Qur'an. Semua keterangan tersebut hanya ada di hadis Rasulullah, maka sumber yang kedua ilmu tasawuf adalah (adis (Sunnah Rasul).

3. Pengalaman Sahabat
Setelah merujuk pada referensi Al-Qur'an dan (adis, referensi selanjutnya bagi aktivitas tasawuf adalah pengetahuan dan tindakan para pengikut setia Rasulullah Muhammad saw. Pengalaman spiritual yang diperolehnya sebagai penunjang semuanya itu.

4. Ijma’ Sufi
Ijma’ Sufi (kesepakatan para ’ulama tasawuf) merupakan esensi yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karenanya mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur'an dan Hadis.

5. Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh, pengalaman itu merupakan guru terbaik, namun Allah memberi akal untuk berfikir semaksimal mungkin sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman.

6. Qiyas Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya.

7. Nurani Sufi
Setiap sufi positif, memiliki nurani yang tajam di hatinya, ada yang menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan sebagainya merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi, bias dari keikhlashan, kesabaran dan ketawakkalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal lelah.

8. Amalan Sufi
Kaum sufi memegang teguh tradisi rahasia (menyembunyikan) nurani dan amalinya, karena jika dua hal tersebut diketahui umum dapat menimbulkan kesalah fahaman, hal ini disebabkan dimensi tariqat (perjalanan) sufi merupakan dimensi batin (roh, rohani, jiwa, sesuatu esensi tersembunyi, gaib) yang tidak semua orang mampu menjalaninya, namun para sufi amat merindukannya disebabkan semata karena cinta kepadaNya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "3 Macam Ilmu Tasawuf & 8 Sumber-Sumber Ilmu Tasawuf"

Posting Komentar