Contoh Cerita berjudul "Kata Maaf dari Ibu" Karya Bambang Waluyo

Kata Maaf dari Ibu
Segala nasihat dari ibunya tidak satupun yang diindahkan. Sampai-sampai ibunya terpaksa mengeluarkan kata-kata pantangan dari mulutnya yang tidak seharusnya diperuntukkan bagi anaknya.

“Kamu memang anak durhaka! Anak yang tak tahu membalas budi! Kalau selalu demikian tingkahmu, yah.... saya rela kehilangan kamu!” Namun, si Cenguk tidak menggubris kata-kata ibunya.

Dia selalu saja menuruti nafsu iblisnya. Berjudi, mencuri, menipu dan pekerjaan hina lainnya. Mula-mula kebiasaan mencuri ini hanya terbatas pada milik ibunya saja. Tetapi setelah ibunya dibuat melarat dan tak ada harta yang pantas dicuri, Cengkuk mulai berani mencuri kepunyaan orang lain. Semua itu hanya buat foya-foya dan berjudi.

Baru-baru ini secara diam-diam Cengkuk menjual tanah pekarangan ibunya yang tinggal sejengkal kepada seorang rentenir kaya di desanya. Akibatnya, ibu Cengkuk yang sudah renta itu diusir oleh si rentenir karena tanah yang sudah dibeli itu akan ditanami. Inilah awal mulanya sang ibu sampai hati mengeluarkan kutukan pada Cengkuk.

”Anak terkutuk! Hu...Hu....Hu...”. Ujar ibu Tengkuk di antara isak tangisnya.
”Ha...Ha...Ha....Ha...Ha...., Kutukanmu mana terwujud hai tua renta! Kutukan macam kamu itu hanya bisa terjadi pada kecoak! Ha..ha...”Ujar Cenguk sambil pergi meninggalkan ibunya yang menangis tersedu-sedu.

Ibu Cenguk terpaksa menumpang kepada orang lain karena sudah tak punya tempat tinggal lagi. Cengkuk sejak saat itu tak pernah lagi. Entah kemana perginya. Yang jelas ia pergi dengan membawa uang hasil penjualan tanah pekarangan ibunya dan menuju arena judi di mana saja berada.

Minggu-minggu pertama nasib Cengkuk memang mujur. Dia selalu menang dalam perjudian. Tetapi lambat laun kemenangan itu tidak berpihak padanya. Kekalahan selalu dideritanya. Akhirnya uang yang dia bawa habis sama sekali. Akan menemui ibunya lagi sudah tak mungkin karena dia merasa malu. Jalan satu-satunya terpaksa menumpang pada pamannya yang berada di desa lain. Kini Cengkuk baru menyesali perbuatannya selama ini. Rasa berdosa selalu menghantui jiwanya.

Akhirnya Cengkuk jatuh sakit, tak kepala tanggung parahnya. Berbagai obat telah dicobanya, namun hasilnya nol. Cengkuk tetap saja tidak bisa terlepas dari sakitnya dan berada di antara hidup dan mati.

Melihat kondisi Cengkuk yang mengenaskan itu, tetangga Paman Cengkuk menyarankan supaya paman Cengkuk mendatangi Kyai Ibrahim dan minta tolong padanya untuk menyembuhkan Cengkuk.Kyai Ibrahim adalah orang “pintar” dan dikenal mampu menyembuhkan orang sakit baik sakit luar maupun dalam. Dengan saran tersebut, paman Cengkuk.

Kyai Ibrahim pun datang untuk mengobati Cengkuk. Dimintanya segelas air putih. Dengan komat kamit Kyai Ibrahim membaca doa di air putih itu. Kyai Ibrahim mendekati Cengkuk dan memegang tangannya. Air putih itu sebagian disodorkan ke mulut Cengkuk untuk diminumkan padanya dan sebagian lagi diusapkan pada tubuh Cengkuk.

Sejenak kemudian...Cengkuk pun merasa kesakitan bak orang kesurupan. Sambil merontaronta dia berucap “Aduh....aduh...aduh... aku ingin mati saja! Mengapa aku disksa seperti ini? Apa salah saya...?

”Anak ini tak bisa sembuh kecuali ibunya sendiri yang menyembuhkan...! Ujar Kyai Ibrahim pelan. Paman Cengkuk terkejut mendengar perkataan Kyai Ibrahim.

Hah... Apa Pak Kyai? Disembuhkan ibunya? kenapa harus ibunya yang menyembuhkan?”
“ Ya... sebab penyakit anak ini akibat kutukan dari ibunya. Untuk itu, hanya ibunyalah yang bisa menyembuhkan!” Tegas Kyai Ibrahim kepada paman Cengkuk. “Pergi dan cari ibu anak ini sampai ketemu. Beri tahu dan ajak kemari secepatnya... Kasihan dia!” Ujar Kyai Ibrahim lagi.

”Baik Kyai...Tapi.....bagaimana kalau ........tidak ketemu atau.....ibunya tidak mau diajak kemari?”
”Ehm.....Begini saja. Rayu dia. Ajak saja kemari kamu bisa beralasan lain. Pokoknya jangan katakan tentang anak ini!”
”Baik, Pak Kyai!”

Paman Cengkuk pergi mendatangi rumah tempat ibu Cengkuk. Dengan berbagai cara, Paman Cengkuk merayu kakaknya itu untuk mau datang ke rumahnya. Dan berhasillah upaya paman Cengkuk.

Ibu cengkuk sudah tiba di rumah paman Cengkuk. Kyai Ibrahim masih ada di rumah itu. Kyai Ibrahim mendekati perempuan tua yang disakiti anaknya itu sambil berkata, “Apa kamu punya anak bernama Cengkuk?”

‘Benar, Pak Kyai. Tapi aku tak sudi mengakui anak itu lagi. Aku anggap anak itu sudah mati karena ia jahat sekali padaku. Ia durhaka. Ia berani sama orang tua. Ia tak menganggap bahwa aku ibu yang pernah melahirkannya. Ia...” Ibu Cengkuk menangis tak mampu melanjutkan katakatanya lagi. Hatinya gundah. sakit hati atas ulah anaknya itu tergores dalam dan masih terasa kepiluannya.

“Ehm..., Tetapi bagaimanapun dia itu anakmu. Darah dagingmu satu-satunya. Kini dia sedang sakit parah dan tak mungkin sembuh tanpa doa dan ucapan pemberian maaf dari ibunya.

Dan kaulah ibunya...!“Hah... biarkan saja Pak Kyai. Biarkan saja dia. Mati pun aku tak menyesal!”

“Jangan begitu,kasihanilah sedikit anakmu. Beri maaf dia...!”
“Baiklah, kalau begitu. Daripada Cengkuk tersiksa antara hidup dan mati lebih baik saya sempurnakan saja dia agar tak memperpanjang penderitaannya..!”

Selesai berkata seperti itu, Kyai Ibrahim beranjak dari tempat duduknya, bergegas mengambil pisau dapur yang ada di meja, dan menuju ke kamar tempat Cengkuk terbaring.

Paman Cengkuk terkejut. Demikian pula ibu Cengkuk.
“Akan berbuat apakah Kyai Ibrahim ini?” Pikir mereka berdua. Serta merta kedua orang itu menyusul Kyai Ibrahim.

“Daripada menanggung siksa yang tak terhingga, sementara itu ibunya tak mau memberikan maaf, lebih baik anak ini saya bunuh saja!” Ujar Kyai Ibrahim sambil mengacungkan pisau itu tinggi-tinggi. Ibu Cengkuk terkejut dan berteriak, “Jangan Kyai...!Jangan Bunuh anakku...! seakan tak peduli.

”Maafkan aku Kyai...Jangan bunuh anakku...! Jangan bunuh dia...! Baiklah aku akan memaafkan asal dia tidak dibunuh...! hiba ibu Cengkuk.

”Benar....Kumaafkan segala kesalahan dia padaku...! Sambil mendekat ke putranya ibu Cengkuk memeluk tubuh anaknya itu sambil berkata “ Kumaafkan segala kesalahanmu, Nak..., kumaafkan..!

Aneh, setelah mendengar ucapan maaf dari ibunya, Cengkuk berangsur-angsur sembuh.

Dan Cengkuk kembali menjadi anak yang baik, yang taat pada ibunya serta rajin menjalankan ibadahnya.

Diadopsi dari Kumpulan Cerita Mancanegara
Karya Bambang Waluyo.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Cerita berjudul "Kata Maaf dari Ibu" Karya Bambang Waluyo"

Posting Komentar