5 Contoh Tulisan Buku Harian untuk Malatih Kemampuan Mengarang Tulisan

Bagaimana Cara Menulis Buku Harian?

Kita tentu pernah merasa jengkel, putus asa, marah, dan senang ketika melakukan kegiatan atau mengalami kejadian penting sehingga hal tersebut menjadi catatan tersendiri dalam hidupmu. Bagaimana cara mengingat hal tersebut? Salah satu cara adalah menuliskannya dalam buku harian. Buku harian juga dapat kamu gunakan untuk menuangkan pemikiran dan perasaan. Banyak penulis besar menghasilkan karya-karyanya berawal dari buku harian.

Untuk dapat menulis buku harian dengan baik, salah satu cara yang bisa diterapkan yaitu:
(1) mengamati contoh buku harian dan mengenali unsur-unsurnya,
(2) mencatat kejadian/peristiwa penting yang dialami,
(3) mengembangkan catatan dalam buku harian, dan
(4) menyunting buku harian yang ditulis.


Contoh Buku Harian 1

Minggu, 26 Desember 2004
Keluarga Itu Permata
Pada setiap minggu pagi aku berlari pagi bersama teman-teman sebayaku menuju kota Banda Aceh yang jaraknya tidak jauh dari rumahku. Namun, di Minggu pagi 26 Desember 2004 itu aku memilih tidur setelah aku melaksanakan sholat Shubuh.

Jam 8 pagi, adikku Wilda mengajakku untuk mandi. Namun, belum sampai aku ke kamar mandi, tiba-tiba rumahku bergetar hebat. Barang-barang berjatuhan dan pecah. Dinding rumahku retak-retak, kaca jendela dan pintu berantakan. Seisi rumah panik.

Belum pernah seumur hidupku merasakan gempa sehebat itu. Semua yang ada di rumah berlarian keluar. Kulihat ibuku memeluk erat kedua adikku, Wilda dan Nurhaliza sambil merunduk menjauhi rumah. Ayahku sudah meninggal empat tahun yang lalu.

Di jalan kulihat banyak tetangga sudah berlarian dan sebagian bertiarap di jalan-jalan. Tak lama kemudian, getaran mereda, semua kembali ke dalam rumah, sembari memperbincangkan apa yang baru saja terjadi. Aku dan seluruh keluargaku memulai sarapan pagi sambil menonton televisi. Piring-piring dan gelas pecah sudah kami bereskan.

Aku tidak jadi mandi pagi itu, tetapi ikut menikmati sarapan pagi bersama seluruh keluargaku. Saat sedang nikmat-nikmatnya bersantap, tiba-tiba di luar rumah terdengar, “Air! Air!”

Suara gemuruh menyusul di belakangnya. Dari jendela yang sudah berlubang aku melihat banyak orang berlarian tak karuan sambil mengangkut barang-barang.

Aku, ibu, dan adik-adikku kembali keluar rumah, berlari sambil mengabarkan kepada orang-orang bahwa air laut naik. “Bilang sama orang-orang, kita lari ke gunung!” Teriak pemuka kampung. Sambil berlari kutengok ke belakang, gumpalan hitam bergulung-gulung dengan cepat menuju ke arah kami berlari. Semuanya histeris berlari secepat-cepatnya tanpa menghiraukan barang-barang bawaan.

Aku tak ingat seberapa cepat dan lama aku berlari. Genangan air dan lumpur seakan susulmenyusul. Suara gemuruh dibarengi hantaman benda-benda keras semakin terdengar mendekat di belakang. Aku mencapai bukit dengan kaki yang sangat letih. Sayup-sayup kudengar suara laki-laki berteriak-teriak, para perempuan menangis, dan anak-anak menangis lebih keras lagi.

Setelah tenagaku pulih kucoba mencari ibu dan adik-adikku. Seluruh tempat sudah kujelajahi, namun tak satu pun keluargaku kutemukan. Lemaslah seluruh tubuhku. Pedih rasa hatiku. Dapatkah aku meneruskan hidupku sebatang kara?

Hari itu kurasakan betapa berat beban hidupku. Aku betul-betul dapat merasakan betapa tersiksanya hidup sendirian tanpa keluarga. Aku baru menyadari betapa berharganya keluarga, keluarga adalah permata. (Supriyanto,Tanpa Tahun)


Contoh Buku Harian 2

Jumat, 16 Februari 2005

Pagi itu aku ingin sekali makan rambutan. Aku pergi naik bemo ke perempatan dekat rumahku. Di sana ada dua penjual rambutan. Kepada penjual rambutan pertama kutanya berapa harga rambutan satu kilo. Ia jawab lima ribu rupiah dan ia persilakan aku mencicipi. Begitu aku cicipi, ia mengomel macam-macam. Ia katakan bahwa rambutannya begini-begitu, harga tak bisa ditawar, itu sudah lumrah, dan lain-lain. Ketika aku tawar tiga ribu rupiah dia langsung marah. Langsung kutinggalkan saja tukang rambutan yang tak ramah itu.

Aku coba menghampiri penjual yang satunya. Penjual ini sangat ramah, meski ia ajukan harga yang sama dan mengatakan tidak boleh ditawar, aku langsung beli rambutannya sebanyak 4 kg. Dasar!!!


Contoh Buku Harian 3

Sabtu, 17 Februari 2005

Ketika pulang ke Nganjuk, dalam bus jurusan Kediri-Nganjuk ada seorang anak laki-laki kecil, kurang lebih usianya 10 tahun, menjajakan koran. Ketika tak ada seorang pun di dalam bus yang mau membeli korannya, tiba-tiba ia menangis di depanku sambil berkata bahwa sejak pagi belum satu pun koran yang laku. Yach… terpaksa, meskipun sudah langganan koran di rumah, aku beli juga.

Sesampainya di rumah, aku ceritakan kejadian itu kepada kakakku. Eh… ternyata kakakku juga mengalami peristiwa yang sama. Aksi menangis itu ternyata hanya trik belaka..


Contoh Buku Harian 4

Jumat, 18 Maret 2005

Haruskah aku bertahan?
Dia telah berjanji menemuiku hari ini
Sampai malam kumenanti
Dia tak pernah hadir di sini
Di tempat ini ku sendiri menanti
Untuk apa aku harus menyiksa diri
Bukankah sabar itu ada batas?
Kuputuskan tuk melupakan semua
Semua yang pernah kualami bersama
Aku tak ingin tersiksa
Oleh penantian yang sia-sia
Tuhan beri aku kekuatan
Tuk melakukan semua ini


Contoh Buku Harian 5

Sebuah lembaga yang terhormat, telah memerankan adegan pertengkaran yang begitu hebat ketika sedang membicarakan masalah rakyat. Ketika banyak orang merasa malu melihat kejadian itu, aku justru senang melihat kejadian itu. Bukankah pertengkaran itu sebagai wujud akting mereka agar tampak berjuang membela rakyat?
Sabtu, 19 Maret 2005

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "5 Contoh Tulisan Buku Harian untuk Malatih Kemampuan Mengarang Tulisan"

Posting Komentar