Pengertian Taat, Dalil, Taat Kepada Allah, Rasul, Ulil Amri, dan Contoh Perilaku Taat

1. Pengertian Taat
    Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta'at. Secara bahasa, taat artinya mengikuti atau menuruti, tunduk, dan menerima secara tulus. Adapun secara istilah, taat adalah mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan untuk dihindari.
pengertian taat - taat kepada Allah

2. Dalil Ayat Tentang Taat
Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, setiap hamba harus mendahulukan perintah-Nya atas semua keinginan yang lain. Dalam hal ini Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekusaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa [4]:59)

Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam Islam, kita diperintahkan untuk menaati Allah, Rasul, dan ulil amri (para pemimpin). Rasul merupakan utusan Allah, penyampai kebenaran-Nya kepada umat manusia. Ajaran Rasul yang dapat kita ketahui melalui hadis-hadis sahih pasti takkan bertentangan dengan perintah Allah. Sebab, Rasul selalu dibimbing oleh Allah. Jadi, dapat dikatakan bahwa barangsiapa menaati Rasul berarti telah menaati Allah.
    Ketaatan terhadap Rasul dapat diwujudkan dengan mengikuti segala petunjuknya. Hal ini sekaligus merupakan wujud keimanan kita kepada Rasul, yaitu membenarkan segala ajarannya dengan hati dan lisan, serta melaksanakannya dengan amal nyata. Perintah menaati Rasul sekali lagi ditegaskan dalam Firman-Nya:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat. (QS. an-Nur [24]:56)

3. Taat Kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri
a. Ketaatan kepada Allah Swt
    Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt. menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw
    Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini karena apa pun yang disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. merupakan wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan.
    Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh
menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt. sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasulNya. Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c. Ketaatan kepada Ulil Amri
    Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
    Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman.
    Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah Swt dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar. Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya, dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.

4. Contoh-Contoh Perilaku Taat
    Contoh perilaku taat dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Zahra duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sebagai seorang muslim, Zahra menunaikan salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa setiap hari Jumat Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Zahra melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau orang tuanya.
Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat. Zahra menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Zahra hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
    Ketaatan seseorang dapat diamati melalui tindak-tanduknya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang taat kepada Allah takkan melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan dosa, seperti mencuri, memfitnah, aniaya, dan sebagainya. Orang yang taat kepada Rasul juga dapat dilihat dari ketekunan ibadahnya. Pecinta Rasul akan selalu mengamalkan sunah-sunahnya, seperti berpuasa sunah, menegakkan salat-salat sunah, meniru perilaku Rasul dalam bergaul seperti merendahkan suara ketika bertutur kata, gemar menebar salam, murah senyum, gemar menolong, dan sebagainya.
    Adapun ketaatan seseorang terhadap pemimpin (ulil amri) dapat kita ketahui melalui kehidupan bernegaranya. Warga negara yang baik akan senantiasa menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ia akan tetap berhenti di traffic light yang menyala merah, meski di sana tidak ada polisi. Ia tetap akan membayar pajak, meski bisa saja hal itu dimanipulasinya. Ia akan dengan lapang dada mengakui kesalahan dan menerima hukuman.


5. Cara Membiasakan Perilaku Taat
    Untuk membiasakan diri bersikap taat, kamu harus berupaya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. Biasakan perilaku taat beribadah, taat pada peraturan sekolah, taat pada peratusan masyarakat, dan sebagainya.
    Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Taat, Dalil, Taat Kepada Allah, Rasul, Ulil Amri, dan Contoh Perilaku Taat"

Posting Komentar